Kebanyakan
setiap ilmuwan islam yang terkenal adalah orang tua yang melatih mereka
menghafal al quran dari umur anak anak hingga mereka dapat menghafal al quran
pada umur 7 -10 tahun kemudian barulah ajarkan dengan ilmu lain.
Sekiranya kita merujuk kepada kejayaan ilmuan
islam di zaman kegemilangan islam dahulu, mayoritas adalah penghafal Al-quran.
Ini serupa dengan hadis nabi s.a.w yang menggalakkan agar kita mengajar
anak-anak membaca Al-quran.
“Yang paling pokok adalah menghafal al
quran,kerana ia adalah ilmu terpenting, bahkan para salaf tidak mengajarkan
al-hadis dan fikih kecuali yang telah hafal al quran” (Imam Nawawi)
Ada berbagai pandangan dalam pendidikan awal
anak anak bergantung kepada latar belakang orang tua tersebut dalam memilih
kecenderungan pendidikan untuk anak mereka. Ada yang memilih untuk mendahulukan
pengajaran ilmu dunia, contohnya belajar membaca bahasa yang dipilih.
Perbedaannya, mengajar yang lain selain dari al Quran hanya berhenti pada
‘kenal dan baca’ tetapi tidak melatih untuk MENGHAFAL. Menghafal meningkatkan
memori atau daya simpan dalam otak anak anak.
Jika kita perhatikan hari pertama bayi
dilahirkan, mereka disambut dengan azan dan iqamat. Allah telah memberi
pengajaran kepada kita bahawa bayi boleh diajar dengan memperdengarkan apa yang
kita mau ajarkan kepadanya. Maka adalah sebaiknya bayi yang baru dilahirkan,
selalu diperdengarkan dengan ayat alQuran. Inilah cara mengenalkan pendidikan
alQuran pada bayi.
Mereka yang baru lahir adalah umpama disket
kosong yang sedia untuk ditulis apa-apa pelajaran yang diberikan kepadanya.
Menurut kajian Sains, otak anak anak sudah sangat bersedia untuk menerima
apa-apa pelajaran sejak lahir. Otaknya pada waktu ini ibarat sponge yang amat
mudah menyerap air jika diletakkan di air. Pada umur 2 tahun, kapasiti otak
kanak-kanak sudah menyamai 80% otak dewasa.
Anak anak semuanya sama. Yang membuat mereka
berbeda adalah Kualitas dan kuantitas didikan yang orang tua mereka berikan di
waktu usia kritikal ini. Anak anak jika diberikan lebih awal, mampu mempunyai 3
kemahiran yaitu mengenal huruf, membaca dan menghafal alquran pada umur mulai 3
Tahun. Kemahiran yang diperolehi ini akan meningkatkan IQ otak mereka dan akan
mempengaruhi daya berfikir dan daya menyerap pelajaran/ilmu, bila mereka dewasa
nanti. Ia ibarat ‘BRAIN TRAINING’ yang akan menghasilkan daya konsentrasi,
fokus, kreativiti dan kelajuan berfikir yang bermanfaat untuk jangka masa
panjang.
Mengajar alQuran kepada bayi dan Anak anak
adalah berbeda dari mengajar orang dewasa. Mengajar anak anak perlu lebih
kreatif dengan memahami dunia anak anak yang perlu bermain. Sebagai
contoh, bayi setahun lebih akan memaksa orang tua kreatif dalam mencuri
perhatiannya untuk menyebut setiap flashcard yang ditunjukkan karena pada waktu
ini mereka dalam peringkat suka menerka dan mula melakukan aktif pada
aktifitasnya sendiri. Ini lebih terlihat pada anak lelaki berbanding perempuan.
Rasululullah pernah bersabda:
“Memberi ilmu ketika masih kecil, laksana
melukis di atas batu!” (Riwayat Baihaqi dan Thabrani).
Sememangya ini telah dibuktikan dalam sains
bahawa jalinan saraf neuron otak pada kanak kanak sangat aktif dimana pada 3
tahun pertama bayi, sejumlah 300 trillion sel penghubung diwujudkan di dalam
otak dimana sebelumnya tiada.
Abu Hurairah R.A. meriwayatkan secara marfu’ : “Siapa
yang mempelajari Al quran ketika masih muda, maka alquran itu menyatu dengan
daging dan darahnya. dan siapa yang mempelajarinya ketika dewasa, ilmu itu akan
lepas darinya dan tidak melekat pada dirinya, maka dia mendapatkannya pada hal
dua kali”. (diriwayatkan oleh Baihaqi, Dailam dan Hakim)
Cara memelihara dan mengembangkan memori
anak:
- Ajari
anak untuk fokus dan perhatian pada pendidiknya
- Faktor
makanan adalah penentu untuk terpelihara kemampuan memori itu bekerja
(zat-zat adiktif yang terdapat dalam makanan, perlahan tapi pasti akan
merusak daya ingat anak-anak)
- Memberi
penjelasan pada anak-anak atas nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan
yang dihafalnya, maka memori akan bekerja lebih eksis
- Menghormati
waktu bermain dan waktu istirahat anak
- Jauhkan
unsur-unsur yang dapat mengancam psikologi anak-anak ; celaan dan tekanan
- Ciptakan
motivasi-motivasi agar anak cenderung menyukai aktifitas menghafal
Waktu-waktu yang tepat untuk mengajarkan anak
menghafal Al-Qur’an:
- Tidak
mengantuk
- Tidak
letih / kelelahan
- Tidak
kekenyangan atau sebaliknya, tidak sedang kelaparan
- Tidak
dalam keadaan capek belajar
- Tidak
sedang bermain
- Tidak dalam keadaan sakit / bad mood
Yang perlu diperhatikan tentang bakat anak
dalam menghafal:
- Kenali
bakat anak-anak dan hargai minat mereka.
- Fahami
keterbatasan daya ingat anak karena tiap anak itu beda kemampuannya
- Kenali
anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar dan berinteraksi
TEKNIS PENGAJARAN
1. Bayi ( 0-2 tahun )
- Bacakan
Al-Qur’an dari surat Al-Fatihah
- Tiap hari
4 kali waktu ( pagi, siang, sore, malam )
- Tiap 1
waktu satu surat diulang 3x
- Setelah
hari ke-5 ganti surat An-Nas dengan metode yang sama
- Tiap 1
waktu surat yang lain-lain diulang 1x
2. Di atas 2 tahun
- Metode
sama dengan teknik pengajaran bayi. Jika kemampuan mengucapkan kurang,
maka tambah waktu menghafalnya, misal dari 5 hari menjadi 7 hari.
- Sering
dengarkan murottal.
3. Di atas 4 tahun
- Mulai
atur konsentrasi dan waktu untuk menghafal serius
- Ajari
muroja’ah sendiri
- Ajari
mengahfal sendiri
- Selalu
dimotivasi supaya semangat selalu terjaga
- Waktu
menghafal 3-4x per hari
CARA MENJAGA HAFALAN
- Mengulang-ulang
secara teratur
- Mendengarkan
murottal
- Mentadabburi
dan menghayati makna
- Menjauhi
maksiat
Sesungguhnya
pendidikan paling baik adalah memberikan pemahaman tentang Agama kepada anak
sejak dini (kecil), dengan metode menghafal Al-Quran akan memberikan banyak
manfaat, dimana mengajarkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
suatu perkaran yang agung. Khususnya zaman kita sekarang, ketika banyak orang
menyia-nyiakan pendidikan anak mereka atau anak yang berada di bawah
perwaliannya. Mereka juga disibukkan dengan banyak perkara yang tidak
bermanfaat dalam hal ini adalah untuk urusan akhirat, bahkan bisa membahayakan
mereka. Mereka ditautkan dengan tokoh-tokoh yang tidak pantas jadi teladan,
seperti: Artis, aktor, atlet, penyanyi dan lain sebagainya.
Dikutip dalam pada salah satu media berita umum atau yang biasa
kita kenal TRIBUNSUMSEL.COM – Sesungguhnya pendidikan Agama di berikan kepada
anak sejak dini atau saat mereka masih kecil, menghafal Al-Quran dan
mengajarkan sunnah seperti apa yang telah dicontohkan untuk panutan kita yakni
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena cara ini adalah bentuk
pembelajaran untuk menjadikan generasi yang unggul baik dalah segi dunia
ataupun untuk bekal akhirat kelak.
Di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa digunakan untuk
mengajarkan anak menjadi orang yang mencintai al Quran serta mau menghafalnya.
Seperti cara yang dikutip dari halaman fanspage Ustad Yususf
mansur di bawah ini :
1. BAYI (0-2 TAHUN)
– Bacakan Al Qur’an dari surat Al fatihah
– Tiap hari 4 kali waktu (pagi, siang, sore, malam)
– Tiap 1 waktu satu surat diulang 3 x
– Setelah hari ke-5 ganti surat An Naas dengan cara yang sama
– Tiap 1 waktu surat yg lain-lain diulang 1 x 2
– Tiap hari 4 kali waktu (pagi, siang, sore, malam)
– Tiap 1 waktu satu surat diulang 3 x
– Setelah hari ke-5 ganti surat An Naas dengan cara yang sama
– Tiap 1 waktu surat yg lain-lain diulang 1 x 2
2. DIATAS 2 TAHUN
–
Metode sama dengan teknik pengajaran yang sama pada bayi sebelumnya. Namun jika
kemampuan mengucapkan kurang, maka tambah waktu menghafalnya, dari 5 hari
menjadi 7 hari
– Sering didengarkan murattal qur’an
– Sering didengarkan murattal qur’an
3.
DIATAS 4 TAHUN
– Mulai atur konsentrasi dan waktu untuk menghafal serius
– Ajari muraja’ah/mengulang-ulang sendiri
– Ajari menghafal sendiri
– Selalu dimotivasi supaya semangat selalu terjaga
– Waktu menghafal 3 – 4 x perhari
– Ajari muraja’ah/mengulang-ulang sendiri
– Ajari menghafal sendiri
– Selalu dimotivasi supaya semangat selalu terjaga
– Waktu menghafal 3 – 4 x perhari
Tiga cara diatas adalah metode sederhana yang cukup ampuh dalam
membimbing seorang anak untuk bisa menghafal Al-qur’an, semoga kita sebagai
orangtua atau wali yang bertanggung jawab, bisa sama-sama mencoba menerapkan
atau mempraktekkannya kepada anak, adik, saudara atau orang lain sekalipun yang
memiliki tekat sungguh-sungguh dalam mempelajari Al-qur’an
Ada sebuah doa yang bagus, dan sekiranya perlu kita lantunkan
setiap kali memulai atau sesudah mengajarkan Al-qur’an pada anak, berikut
doanya.
Allaahummaj’alna fii ahli Qur’an , Allaahumma baarik fi auladina
wa dzurriiyatina bil Qur’an, Allaahummarzuqna istiqomah fi tilawatil wa hifzil
Qur’an..Aamiin Allaahumma Aamiin
”Yaa Allah, jadikan kami sebagai ahlulQur’an, Yaa Allah,
berkahilah anak & keturunan kami dengan Qur’an, Yaa Allah, berikanlah kami
keistiqomahan dlm membaca & menghafal Al-Qur’an… Yaa Allah, kabulkanlah doa
dan permohonan kami.”
Semoga
bermanfaat, silahkan sebarkan semoga semakin banyak dari kita yang lebih dekat
dan memuliakan Al-qur’an. Aamiin InsyaAllah.Tips dan cara menjadi sosok orang tua yang baik, bijaksana dan teladan
Posted by USMAN AFFAN
Tag :
Parenting
Sosok orang tua yang bijak tentu harus tahu kapan waktunya
untuk serius dan bercanda. Untuk mengkombinasikan keduanya juga bukan hal yang
mudah. Saat menyangkut hal yang bersifat prinsipil dan penting dalam kehidupan
sang anak, peranan orang tua sangatlah dibutuhkan untuk menjadi penasehat yang
baik dengan pemikiran yang matang, bukan sebagai penentu sebuah keputusan.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Economic and Social Research
Councils tahun 2011, sosok orang tua yang gemar bercanda dengan anaknya justru
bisa memicu pola pikir anak untuk menjadi lebih kreatif dan kritis.
2. Berpikir positif
Orang tua dituntut untuk selalu berpikir positif dan
menyikapi segala hal yang menyangkut kehidupan sang anak dengan bijak. Tuntun
dan berikanlah anak ruang untuk berpikir dan mengambil keputusan yang baik dan
benar, terutama dalam hal pendidikan dan kehidupan sosialnya. Orang tua yang
baik tentu tak akan berlaku kasar dan egosentris kepada anaknya karena sadar
jika perilaku demikian justru akan berakibat buruk bagi psikologis sang anak.
Perilaku dan segala tindak tanduk orang tua akan terekam selamanya dalam memori
sang anak dan sangat berpengaruh terhadap pembentukan mental sang anak.
Sebagaimana tercermin dalam sebuah peribahasa, "Buah jatuh tak jauh dari
pohonnya".
3. Cerminkan kasih sayang yang tulus
Kasih sayang yang tulus adalah "modal" utama bagi
sang anak untuk menjadi kuat, tabah dan tak merasa sendiri dalam menjalani
hidup. Sikap yang mencerminkan kasih sayang dari orang tua akan membentuk emosi
yang positif akan membantu anak untuk tetap ulet menghadapi semua tantangan
dalam hidup dan di masa-masa sulit mereka.
4. Relakan mereka untuk pergi
Saat sang anak beranjak dewasa, sosok orang tua tetap tak
akan terkurangi bagi anaknya. Meskipun demikian, biarkanlah sang anak mengambil
keputusan bagi hidup mereka sendiri. Berikanlah anak ruang bagi sang anak
berpikir untuk dirinya sendiri. Misalnya saat sang anak diterima disebuah
perguruan tinggi di luar kota.
Adalah hal yang wajar setiap orang tua tentu akan merasakan
kecemasan saat harus melepas anaknya, padahal justru hal ini belum tentu hal
yang buruk karena sang anak akan mendapatkan pengalaman baru yang kelak akan
berguna bagi sang anak berkeluarga dan dituntut untuk mandiri. Tetap menjadi
bijak dalam menyikapi hal ini dan menyadari bahwa tak selamanya orang tua dapat
mengawasi anaknya 24 jam sehari.
Seorang pujangga pernah menulis sepenggal nasehat bijak
bagi orang tua sebagai berikut,
Lewat kau mereka lahir, namun bukan
dari engkau.
Meski mereka bersamamu, mereka bukan
hakmu.
Berikanlah kasih sayangmu, tapi jangan
paksakan kehendakmu.
Karena mereka punya alam pikiran
sendiri.
Sepatutnya kau berikan tempat bagi
raganya, tetapi tidak untuk jiwanya.
5. Posisi ibu yang mampu memberikan kehangatan dalam keluarga
Posisi ibu merupakan posisi yang paling krusial dalam rumah
tangga dan pembangunan mental serta psikologi sang anak. Hal ini sangat logis
mengingat ibu merupakan sosok yang paling sering bersama dan merawat anak
dirumah. Ibu yang baik mampu berkomunikasi dengan anak dengan penuh kasih
sayang, harmonis dan menjadi "jembatan" penghubung yang baik antara
sang anak dan sang ayah. Merasa disayangi, dimengerti, dijaga dan dikasihi
merupakan faktor penting bagi sang anak untuk berkembang menjadi anak yang baik
dan berbakti kepada orang tua.
6. Menahan emosi dan tahu bagaimana melontarkan argumentasi
Sebuah keluarga tentu tak selamanya harmonis. Saat timbul
sebuah konflik, orang tua dituntut untuk dapat menjaga emosi dan tahu bagaimana
caranya melontarkan argumentasi. Meskipun marah, namun tetaplah dalam porsi
orang tua yang mana harus bijaksana dalam mengungkapkan argumentasi kepada sang
anak. Hindari argumen yang bersifat negatif dan mengintimidasi jiwa dan mental
sang anak.
7. Tak ada yang sempurna
Janganlah menuntut akan kesempurnaan karena hakikatnya tak
ada yang sempurna di dunia ini. Hal ini berlaku untuk semua hal termasuk diri
Anda ataupun sang anak. Janganlah menyiksa diri sendiri dengan target,
pencapaian dan ekspektasi yang terlalu besar. "Tak ada gading yang tak
retak", tetap sadari akan hal tersebut dan memaklumi jika setiap orang
memiliki kelemahan, begitu juga dengan diri Anda.
8. Kenali pribadi anak
Mungkin banyak dari orang tua yang seakan-akan tahu benar
bagaimana cara mencukupi semua kebutuhan sang anak dan membesarkannya. Namun
pada kenyataannya tak semua orang tua dapat dengan mudah mengenali kepribadian
sang anak. Setiap orang tentu memiliki kepribadian yang berbeda-beda, oleh
karenanya pahami dan selamilah karakter masing-masing anak sehingga
Anda tahu kapan dan bagaimana caranya melakukan pendekatan dan bersikap
kepada anak.
9. Meminta maaf
Menua kemudian kelak menjadi orang tua adalah hal yang
hampir pasti dijalani oleh setiap orang, begitu pun halnya dengan anak-anak
Anda. Belajarlah dari pengalaman saat Anda pernah menjadi seorang anak di masa
lalu dimana mungkin Anda juga pernah melakukan apa yang dilakukan saat ini oleh
anak Anda. Berbuat salah adalah hal yang manusiawi, wajar dan bisa saja terjadi
kepada siapapun orangnya tanpa memandang usia. Jika Anda merasa memiliki salah
terhadap anak, meminta maaflah. Meminta maaf bukanlah hal yang memalukan yang
dapat mencederai harga diri yang dimiliki oleh orang tua, namun meminta maaf
yang tulus justru akan membuat Anda menjadi orang tua yang sempurna dimata sang
anak.
Demikianlah artikel sederhana mengenai beberapa tips dan
cara menjadi sosok orang tua yang baik, teladan dan bijaksana bagi anaknya.
Silakan diterapkan dan semoga tulisan sederhana ini bisa memberikan manfaat,
khususnya bagi Anda dan keluarga.
13 tips dan cara mendidik anak yang baik dan efektif di usia dini
Posted by USMAN AFFAN
Tag :
Parenting
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa anak adalah merupakan harapan dan
tumpuan orang tua kelak di kemudian hari. Oleh karenanya, sebagai orang tua
tentu harus dapat memberikan bimbingan serta arahan yang tepat agar ia menjadi
manusia yang baik dan berakhlak mulia sebagaimana yang kita inginkan kelak saat
mereka telah dewasa.
Usia 0 tahun merupakan masa-masa yang kritis bagi perkembangan otak sang anak. Pada tahap inilah anak mengalami masa-masa keemasan dimana perkembangan otaknya terjadi dengan cepat dan pesat. Pada masa ini bahkan otak anak memiliki kemampuan untuk menyerap pengalaman-pengalaman baru lebih cepat dari anak yang berusia 3 tahun. Oleh sebabnya, Anda jangan sampai salah dalam mendidik maupun memberikan contoh-contoh bagi putra-putri Anda.
Tips sukses cara mendidik anak yang baik memiliki banyak metode. Seberapa besar tingkat kesuksesan dari metode yang diterapkan tentu tergantung dari seberapa efektif masing-masing orang tua dalam memberikan kontribusi kepada anak-anaknya. Agar Anda tak bingung dalam memberikan arahan untuk anak, berikut ini adalah beberapa cara mendidik anak yang baik, benar dan bijak yang bisa Anda coba.
1. Bersikap lembut dan tunjukkan kasih sayang
yang tulus
Sebagai orang tua, selalu bersikap lembut kepada anak adalah hal mutlak yang harus dilakukan. Sebab hanya dengan tutur kata yang lembut, seorang anak akan mendengarkan perkataan dari orang tuanya. Selain dituntut untuk bersikap lembut kepada anak, orang tua juga selayaknya memberikan kasih sayang yang tulus dan utuh kepada anak. Salah satu contohnya adalah dengan mengatakan kepada anak bahwa Anda sangat menyayanginya. Pelukan atau ciuman juga bisa menjadi penyemangat tersendiri bagi jiwa sang anak yang bisa Anda lakukan.
2. Jadilah pendengar yang baik dan berikan
dukungan
Mungkin anak Anda pernah merasakan di olok-olok oleh teman sebayanya. Sebagai orang tua yang baik, cobalah untuk melakukan pendekatan agar si anak mau bercerita. Di saat seperti itu Anda dituntut untuk menjadi pendengar yang baik dan mampu mendengarkan semua keluh dan kesah si kecil. Ini adalah kunci sukses dalam membangun rasa percaya diri sang anak.
Berikanlah dukungan yang positif dan bekalilah ia dengan skill untuk menghindari olokan temannya serta kemampuan untuk bisa bersosialisasi dengan baik. Sebagai contoh Anda dapat mengajarkan anak Anda untuk menghindari sebuah ejekan dari temannya. Misalnya jika ada temannya yang mengatakan "Kamu jelek", lantas jawaban yang paling tepat adalah "Biarin yang penting pinter". Anak yang terbiasa mengolok-olok pasti akan merasa bosan dengan jawaban yang demikian karena ejekannya tidak ditanggapi dengan serius serta tidak mendapatkan feedback sesuai dengan yang ia inginkan, misalnya dengan menangis, mengadu atau marah.
3. Bangun kreatifitas dengan bermain
bersama
Mengajarkan anak bukan berarti harus selalu membuat
"peraturan-peraturan baru" yang tidak menyenangkan baginya, akan
tetapi juga bisa dengan cara bermain bersama. Biarkan ia mempelajari sesuatu
dari Anda dengan cara-cara yang jauh lebih menyenangkan seperti bermain, menari
atau bermain musik bersama.
4. Hindari menggunakan kata "Jangan"
Inilah salah satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh orang tua. Di saat
anak tengah bereksperimen yang mungkin sedikit membahayakan, orang tua umumnya
berkata "jangan" kepada anaknya. Sesungguhnya kata ini apabila
terlalu sering diucapkan oleh orang tua kepada anaknya justru dapat berakibat
negatif yang menyebabkan sang anak tidak berkembang kreatifitasnya. Untuk
mengganti kata "jangan", Anda sebaiknya menggunakan kata lain yang
bermakna lebih positif. Contoh kasusnya seperti misalnya ada anak yang berlari,
lalu bundanya berkata "Jangan lari!". Sesungguhnya yang dimaksud sang
bunda adalah "berjalan" saja akan tetapi sang anak tidak menangkap
maksud ini. Jadi kalimat yang sebaiknya digunakan adalah "Berjalan
saja" atau "Pelan-pelan saja" dan lain sebagainya.
5. Jadilah panutan dan idola untuk anak Anda.
Pada umumnya setiap anak memiliki idola "superhero" di dunia
imajinasinya. Namun di dunia yang sesungguhnya, ia juga pasti ingin
memilikinya. Anda sebagai orang tua sebisa mungkin mencoba untuk menjadi apa
yang diinginkan sang anak dan selalu bisa diandalkan. Salah satunya adalah
dengan melakukan apa pun yang menurut Anda terbaik untuk bisa diberikan kepada
putra-putri Anda.
6. Berikan rasa nyaman.
Tumbuhkanlah rasa nyaman saat anak sedang bersama dengan Anda. Ajaklah
untuk berdiskusi kecil di sela-sela kebersamaan Anda. Agar anak merasa nyaman,
sebaiknya jangan menjadi yang merasa paling tahu segalanya sehingga membuat
Anda terkesan mendominasi pembicaraan. Jadikan ia seperti seorang teman yang juga
perlu untuk Anda dengarkan dengan baik dan penuh rasa simpati.
7. Tumbuhkan sikap menghormati.
Ajarkan ia untuk selalu menghormati siapa pun orangnya, baik orang yang
lebih tua maupun teman sebayanya. Hal ini penting untuk ditumbuhkan semenjak
usia dini karena di kemudian hari saat ia dewasa ia dapat berlaku hormat kepada
semua orang.
8. Ajarkan rasa tanggung jawab.
Ajarkan dan ingatkan anak Anda untuk selalu memiliki rasa tanggung jawab
terhadap dirinya. Misalnya jika telah tiba waktunya untuk sekolah, ia harus
berangkat. Jika ia bertanya mengapa harus demikian. Berikanlah alasan yang bisa
dipahami olehnya.
9. Ajarkan untuk meminta maaf.
Meminta maaf atas sebuah kesalahan adalah tindakan yang mulia dan
kesatria. Ajarkanlah anak Anda untuk mau meminta maaf untuk kesalahan yang
mungkin ia lakukan terhadap teman sebayanya agar ia menyadari bahwa perbuatan
yang dilakukannya adalah tindakan yang kurang terpuji.
10. Jangan ditakut-takuti.
Orang tua biasanya cenderung mengambil "jalan pintas" yang
mudah. Selain berbohong, orang tua juga biasanya kerap menakut-nakuti anak agar
anaknya mau menurut dengan segera. Ini adalah perilaku orang tua yang keliru
karena selain bisa menjadi semacam trauma saat ia dewasa, hal ini juga
mengakibatkan anak menjadi tidak mandiri sehingga dapat mengurung
kreatifitasnya.
11. Jangan dibohongi.
Sama halnya dengan ditakut-takuti, anak yang kerap dibohongi saat masih
kecil akan menjadi terbiasa dengan kebohongan-kebohongan yang ditanamkan oleh
orang tuanya. Saat nanti ia sudah besar, ia tentu akan menganggap berbohong
adalah hal yang wajar untuk dilakukan karena semua orang termasuk orang tuanya
juga melakukannya.
12. Jangan berkata keras dan mengancam
Banyak orang bilang anak itu tidak bedanya seperti kertas putih yang kosong. Baik atau tidaknya anak juga tergantung dari yang diajarkan orang tua kepadanya. Oleh sebabnya cobalah untuk sebisa mungkin menghindari perkataan yang keras, mengancam atau bahkan meneriaki sang anak. Apabila perilaku anak mungkin terkesan nakal atau bandel, cobalah untuk menahan emosi Anda dan katakan dengan lembut serta bijaksana.
13. Ajarkan keterbukaan
Disaat Anda memiliki
waktu luang bersama dengan sang buah hati. Ajaklah berbincang dan cobalah untuk
mencari tahu mengenai kesehariannya. Apa saja yang ia lakukan, apa yang membuat
ia senang, apa yang membuatnya sedih atau bahkan yang membuatnya bersemangat.
Dengan terbukanya sang anak, Anda juga bisa mencari mencari celah untuk dapat
mengetahui sifat sang anak sekaligus menjadi inspirasi bagi orang tua. Orang tua yang baik dan bijak adalah
orang tua yang dapat mengambil pengalaman dan pelajaran dari siapa pun termasuk
dari anaknya sendiri.